Selasa, 17 Januari 2012

OXY ACETYLENE WELDING

Gambar Proses Pengelasan

1. LAS OXY-ACETYLENE
Las Oxy-Acetylene (las asetilin) adalah proses pengelasan secara manual,dimana permukaan yang akan disambung mengalami pemanasan sampai mencairoleh nyala (flame) gas asetilin (yaitu pembakaran C2H2 dengan O2), dengan atautanpa logam pengisi, dimana proses penyambungan tanpa penekanan.Disamping untuk keperluan pengelasan (penyambungan) las gas dapat juga dipergunakan sebagai : preheating, brazing, cutting dan hard facing. Penggunaan untuk produksi (production welding), pekerjaan lapangan (field work), dan reparasi (repair & maintenance).
Dalam aplikasi hasilnya sangat memuaskan untuk pengelasan baja karbon, terutama lembaran logam (sheet metal) dan pipa-pipa berdinding tipis. Meskipun demikian hampir semua jenis logam ferrous dan non ferrous dapat dilas dengan las gas, baik dengan atau tanpa bahan tambah (filler metal).
Disamping gas acetylene dipakai juga gas-gas hydrogen, gas alam, propane, untuk logam–logam dengan titik cair rendah. Pada proses pembakaran gas-gas tersebut diperlukan adanya oxygen. Oxygen ini didapatkan dari udara dimana udara sendiri mengandung oxygen (21%), juga mengandung nitrogen (78%), argon (0,9 %), neon, hydrogen, carbon dioksida, dan unsur lain yang membentuk gas.
2. PEMBUATAN OXYGEN
Secara teknis, oksigen di dapat dari udara yang dicairkan. Kemudian dengan cara elektrolisa, campuran udara cair dan air dipisahkan oleh oksigen. Masalah yang sulit adalah antara Nitrogen dan Oksigen . Nitrogen titik didihnya lebih besar, dan titik didih kedua gas tersebut hanya berbeda 13 0C saja. (Oksigen = -183 0C dan Nitrogen = -196 0C), sehingga perlu pemurnian oksigen dilaksanakan secara berulang-ulang. Kemurnian yang dapat dicapai sampai 99,5 % dan kemudian dimanfaatkan dalam tangki-tangki baja dengan tekanan kerja antara 15-30 atm. Keuntungan pemakaian oksigen adalah keadaan oksigen yang cukup cair tersebut, dapat dipertahankan pada tangki penyimpan dan mudah pada saat pengangkutan. Pada saat dibutuhkan dengan menggunakan alat (Gasificator) , oksigen cair dijadikan oksigen gas, dengan tekanan yang besar kemudian oksigen gas tersebut disimpan pada botol-botol baja.

4. SILINDER PENYIMPANAN GAS
Karena gas-gas yang disimpan didalam botol mempunyai tekanan lebih besar dari tekanan atmosfir, maka harus diperhatikan kekuatan botol baja terhadap tekanan kerja, karena pengangkutan menyebabkan gesekan, dan pergerakan gas dalam botol, harus diketahui jenis gas tesebut, peka terhadap goncangan atau kenaikan temperature. Tutup-tutup silinder diberi kode warna, supaya dapat diketahui isinya, tanpa membaca label terlebih dahulu. Misalnya biru untuk oksigen, putih untuk asetilin, hijau tua untuk hydrogen putih dengan strip-strip hitam untuk argon, dan merah untuk gas gas lain.
4.1. Katup oksigen dan katup gas
Pada botol penyimpan oksigen atau gas, terdapat katup untuk mengeluarkan oksigen jika diperlukan dan menutupnya jika tidak digunakan. Type-typenya antara lain diafragma dengan katup bola, cara kerjanya dengan memutar kran pemutar kekanan maupun kekiri sesuai kebutuhan.
4.2. Presurre regulator
Pengatur tekanan atau lebih sering disebut katup pereduksi tekanan, dihubungkan pada katup gas atau oksigen untuk mendapatkan tekanan kerja yang sesuai dengan torch, pada umumnya terdiri dari kran yang dilengakapi dengan dua manometer, yang berhubungan langsung dengan gas asetilin atau oksigen disebut manometer isi. Sedangkan yang berhubungan dengan torch disebut manometer kerja. Nosel didalam regulator terbuka dan tertutup oleh katup yang ditekan oleh pegas dan dihubungkan dengan membran. Dengan cara mengatur tekanan ulir pada membran, tekanan gas yang masuk ke torch mempunyai harga tertentu dan konstan.

4.3. Pembakaran oxy-acetylene.
Pembakaran adalah persenyawaan secara kimiawi antara zat-zat yang mudah terbakar dengan oksigen. Oksigen tersedia di udara atau dapat ditambah secara khusus, misalnya dalam tabung-tabung oksigen. Kecepatan nyala tergantung dari tekanan dan komposisi campuran gas, setiap campuran gas oksigen. Kecepatan maksimum tergantung perbandingan gas asetilin dan oksigen berkisar antara 1 : 25 .

5. CACAT-CACAT PADA LAS ASETILIN
Dengan kondisi pengelasan yang benar, teknik dan meterial sesuai standar, akan menghasilkan pengelasan yang sangat berkualitas. Tetapi seperti pada proses pengelasan yang lain, cacat las dapat terjadi. Cacat yang sering terjadi pada proses pengelasan Oksi-Asetilin antara lain :
• Penetrasi yang kurang sempurna
• Fusi yang kurang sempurna
• Undercutting
• Porosity
• Longitudinal crack

5.1. Penetrasi yang kurang sempurna
Jenis cacat las ini dapat terjadi karena :
Ketika melakukan pengelasan tidak melakukan penetrasi ke seluruh ketebalan
dari logam dasar (base metal)
Ketika dua weld bead yang berhadapan tidak melalukan inter-penetrasi
Ketika weld bead tidak melakukan penetrasi ke ujung dari fillet weld tetapi hanya menyebranginya.
Gambar 6. Penetrasi yang kurang sempurna
Gas memiliki peranan yang sangat penting dalam penetrasi. Penetrasi yang kurang sempurna biasanya disebabkan oleh tekanan gas yang rendah, dan dapat dihilangkan dengan cara menaikkan tekanan pada manometer yang terdapat pada tabung gas. Selain itu cacat ini dapat disebabkan oleh kecepatan pengelasan yang terlalu lambat dan penggunaan torch yang salah atau tidak sesuai.
5.2. Kurangnya peleburan
Cacat las ini terjadi karena kurang atau tidak terjadi peleburan diantara logam las dan permukaan dari base metal. Biasanya diakibatkan oleh kecepatan pengelasan terlalu lambat. Terkadang juga diakibatkan pengaturan tekanan gas yang rendah.

5.3. Undercutting
Cacat las ini diakibatkan oleh penggunaan parameter tekanan gas yang kurang tepat, khususnya kecepatan pengelasan dan tekanan gas yang tidak sesuai. Kecepatan pengelasan yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan undercutting terjadi. Dengan mengurangi kecepatan pengelasan akan dapat mengurangi besarnya undercutting bahkan menghilangkannya.

Gambar 9. Undercut yang terdeteksi oleh radiografi
Jika hanya terdapat sedikit undercutting, maka kita dapat menaikkan tekanan gas,
tetapi jika tekanan gas dinaikkan terlalu tinggi, maka undercutting dapat terjadi.

8. PEMOTONGAN
Aplikasi pemotongan dengan menggunakan api oksi-asetilin.
Gambar 19. Aplikasi pemotongan
America Welding Society (AWS) mendefenisikan pemotongan logam dengan api
oksi-asetilin ini adalah memisahkan bagian logam induk dengan cara reaksi kimia,
yaitu reaksi antara logam dengan gas oksigen. Reaksi antara suatu logam dengan
oksigen ini terjadi pada suatu suhu tertentu, yang tidak sama antara setiap jenis
logam, dan suhu yang memungkinkan terjadinya reaksi itu disebut suhu nyala
oksigen terhadap logam (Oxygen Ignation).
Karena reaksi ini bersifat eksotermis, maka pada suatu logam yang telah mencapai
suhu nyala oksigen diberikan oksigen murni akan terjadi kenaikan suhu yang
begitu cepat, hingga dapat mencairkan logam itu setempat. Bila pemberian
oksigen ini dilakukan dengan cepat (disemburkan), logam yang telah mencair
ketempat ini akan terdorong lari, dan terjadi celah, dan terpotong.


http://www.youtube.com/watch?v=y2Zx7vvQygg

0 komentar:

Posting Komentar